Titik Balik = I Quit!!




Sebenarnya apa sih yang dimaksud titik balik dalam hidup? Teman, pernah ga kamu mengalaminya? Bagi yang memahami artinya, pasti menjawab PERNAH. Banyak pendapat mengenai defenisi titik balik ini. Ada yang mengatakan bahwa titik balik itu adalah peristiwa penting dalam hidup seseorang yang dapat mengubah hidupnya. Bangkit dari keterpurukan,  keluar dari zona aman dan lebih mampu menghadapi masalah.

Teman, kita lebih suka menjalani hidup seperti air mengalir. Semua akan terlihat seperti seharusnya, kala kita tidak berusaha untuk melawan arus. Semua akan terasa lebih mudah jika ikut dalam pusaran arus itu, nyaman dan tidak menyakitkan. Lalu pertanyaan lain bermunculan. Lalu bagaimana mengenali fase titik balik itu?
Jujur teman, aku baru saja mengalami yang namanya fase titik balik. Entah itu benar atau tidak, tapi aku berkeyakinan aku mengalaminya. Aku kisahkan sedikit muasal kejadiannya.

Masuk Juni bulan depan, genap satu tahun aku menetap di Jakarta. Mendapat pekerjaan pertama di penghujung Juli. Menggembirakan? Entahlah, perasaan seperti itu tidak ada kurasakan. Datar saja. Biasa saja. Atau mungkin jenis pekerjaan itu yang terlalu biasa untukku? Bisa jadi. Jalani saja, nyari kerja di Jakarta susah, masa disia-siain.. kalimat-kalimat sejenis itu sering mendarat di kupingku. Aku jalani. Pekerjaan yang menurutku paling membosankan, inilah dia. Tidak ada tantangan. Tidak ada yang semacam setruman yang menggila dalam pekerjaan itu, tidak ada hal baru, ilmu baru..terlalu boring.

Itu hanya pendapatku. Tidak bagi kebanyakan teman-temanku. Mereka merasa nyaman dengan yang mereka lakukan. Tidak ada tekanan, tidak perlu menguras otak, tinggal bekerja dengan baik saja itu sudah cukup. Dan kamu akan mendapat bayaran untuk sikap baik itu. Lantas bagaimana denganku? Aku, mungkin akulah yang paling tidak disukai manajemen. Sikap pembangkang, suka seenaknya sendiri, tidak beretika, tidak bisa menghargai orang lain, aahh.. kata-kata itu secara langsung ataupun tidak langsung ditujukan untukku. Bagaimana ini? Aku, yang menurut aku selalu berusaha untuk melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, kenapa dicap seperti “penjahat kerja”? hehe..(ga tau diri aku ini).

Seperti itulah. Bulan berganti, penghujung tahunpun datang. Akhir tahun, biasa dijadikan kebanyakan orang untuk me-review perjalanan panjang di belakang. Tujuannya hanya satu, sejauh mana sih pencapaian dalam hidup? Buruk, standar, datar, atau mengalami kepesatan? Tak terkecuali aku. Berbagai pertanyaan personal menghantuiku. Apa yang telah aku lakukan untuk hidupku hampir setahun ini? Kenapa rasanya begitu-begitu saja? Jika tidak menginginkan semua ini, lantas kenapa aku masih berpijak padanya? Kenapa belenggu kenyamanan itu juga begitu mengikatku? Kenapa aku tidak mampu untuk melangkahkan kakiku ke tempat lain? Seperti itulah.. Aku seperti orang gila di tengah kewarasan yang mendominasi.

Tik tik tik tik.. Detak jarum jam bergema di kamarku malam itu. Insomnia melanda.  Di tengah kegalauan tak terperi, bukan soal percintaan dengan partner, tapi aku dengan pekerjaanku. Aneh, kami tidak pernah romantis dan tidak akur, padahal sudah hidup bersama hampir setahun lamanya, hehee.. Aku harus memutuskanmu, pikirku kala itu. Tidak mungkin hidup bersama jika aku tidak punya cinta di hati. Semua terasa berat untuk dijalani.. Kamu harus aku putusin!. Kamu selalu mengejekku. Kenapa sih? (Dialog diri, menunjukkan tingkat kewarasan digaris bawah).

Akhirnya aku mengerti kenapa kamu selalu mengejekku. Ternyata kamu lebih cerdas diluar perkiraanku. Selama ini kamu berusaha menunjukkan padaku bahwa akulah yang tidak cerdas, aku tidak punya apa-apa untuk bisa berbuat lebih, aku hanya sumberdaya murahan, aku lebih suka mengkritik tapi tidak mau dikritik, aku bermental kerupuk, aku bahkan lebih buruk dibanding teman-temanku yang setia padamu, aku hanya pendongkol kelas teri, aku pemimpi tak tau diri, aku…STOP!!! (ga enak banget rasanya dihina seperti ini). Sebenarnya proses pemahaman diri ini aku dapatkan saat bertemu dengan SepociKopi. Saat menyingkap ada apa di balik kopi-nya, aku menemukan kebodohanku di sana. Betapa kerdilnya aku. Baru aku menemukan orang-orang hebat di meja kopi itu. Mereka para perempuan luar biasa. Tangguh, cerdas, baik, punya visi lengkap dengan misinya, dan mereka semua berkarakter. Mereka berbanding 180° denganku. Ah, malunya aku terhadap diri ini. Aku merasa got depan kosanku saat itu adalah tempat bersembunyi yang paling cocok.

Inilah asal mulanya teman. Aku harus berubah!!. Kalimat itu berusaha aku teriakkan pada diriku setiap saat. Hal pertama yang aku lakukan adalah bertanya kembali pada diriku, apa yang kamu inginkan kawan? Hmm tidak mudah menemukan jawabannya, teman. Semua terlalu ngambang dan tidak terarah. Pencarian itu ternyata hal tersulit dalam hidupku. Lucunya, kenapa menjadi sulit sekali  menjawab apa yang aku inginkan? Hah..

Satu per satu potongan jawaban itu berhasil aku kumpulkan menjadi satu keinginan. Hei kamu yang suka mengejekku, mau tau apa keinginanku itu? Dengarkan baik-baik ya.. Aku ingin punya pekerjaan yang aku maknai bahwa dalam pekerjaan itu akan menggambarkan aku yang seharusnya. Bukan hoby kawan, bukan. Loyal terhadap pekerjaan, orientasi kinerja, mendebarkan, tidak menjemukan seperti kamu hehe.. Pekerjaan itu adalah hidup kita. Hidup kita adalah pekerjaan itu sendiri. Bagaimana pekerjaan itu mampu memberikan kita ruang untuk menjadi pribadi tangguh dan berkarakter, itulah yang kita cari. Bagaimana kita mampu menjadikan pekerjaan itu sebagai hidup kita, itulah yang kita pelajari. Memang benar, apapun pekerjaan yang kita jalani yang terpenting itu adalah memberikan yang terbaik yang kita punya. Namun, ada hal yang harus kita ingat, pekerjaan seperti apa itu? Pekerjaan seperti apa yang pantas mendapatkan yang terbaik dari kita? Kenapa kita membuang tenaga kita untuk sesuatu yang mempunyai nilai kecil? (Kita tidak membicarakan materi teman) Nilai yang tidak mengizinkanmu bertumbuh.

Aku menginginkan pekerjaan yang bisa membuatku bertumbuh menjadi “besar”, kawan. Aku harap kamu tidak cemburu. Tapi tidak ada gunanya kamu cemburu, karena mulai saat ini KITA PUTUS!

______________
Itulah sedikit kisahku mengenai titik balik itu, teman. Aku saat ini sedang belajar untuk menjalani pekerjaan impian itu. Aku kembali belajar dan sepertinya akan terus belajar untuk memahaminya. Karena pekerjaan itu adalah hidupku, hidupku adalah pekerjaan itu.



0 Response to "Titik Balik = I Quit!!"

Posting Komentar

Be nice. No spam