Sebenarnya apa sih
yang dimaksud titik balik dalam hidup? Teman, pernah ga kamu mengalaminya? Bagi
yang memahami artinya, pasti menjawab PERNAH. Banyak pendapat mengenai defenisi
titik balik ini. Ada yang mengatakan bahwa titik balik itu adalah peristiwa penting
dalam hidup seseorang yang dapat mengubah hidupnya. Bangkit dari keterpurukan, keluar dari zona aman dan lebih mampu menghadapi
masalah.
Teman, kita lebih suka
menjalani hidup seperti air mengalir. Semua akan terlihat seperti seharusnya,
kala kita tidak berusaha untuk melawan arus. Semua akan terasa lebih mudah jika
ikut dalam pusaran arus itu, nyaman dan tidak menyakitkan. Lalu pertanyaan lain
bermunculan. Lalu bagaimana mengenali fase titik balik itu?
Jujur teman, aku baru
saja mengalami yang namanya fase titik balik. Entah itu benar atau tidak, tapi
aku berkeyakinan aku mengalaminya. Aku kisahkan sedikit muasal kejadiannya.
Masuk Juni bulan depan,
genap satu tahun aku menetap di Jakarta. Mendapat pekerjaan pertama di
penghujung Juli. Menggembirakan? Entahlah, perasaan seperti itu tidak ada
kurasakan. Datar saja. Biasa saja. Atau mungkin jenis pekerjaan itu yang
terlalu biasa untukku? Bisa jadi. Jalani saja, nyari kerja di Jakarta susah,
masa disia-siain.. kalimat-kalimat sejenis itu sering mendarat di kupingku.
Aku jalani. Pekerjaan yang menurutku paling membosankan, inilah dia. Tidak ada
tantangan. Tidak ada yang semacam setruman yang menggila dalam pekerjaan itu, tidak
ada hal baru, ilmu baru..terlalu boring.
Itu hanya pendapatku.
Tidak bagi kebanyakan teman-temanku. Mereka merasa nyaman dengan yang mereka
lakukan. Tidak ada tekanan, tidak perlu menguras otak, tinggal bekerja dengan
baik saja itu sudah cukup. Dan kamu akan mendapat bayaran untuk sikap baik itu.
Lantas bagaimana denganku? Aku, mungkin akulah yang paling tidak disukai
manajemen. Sikap pembangkang, suka seenaknya sendiri, tidak beretika, tidak
bisa menghargai orang lain, aahh.. kata-kata itu secara langsung ataupun tidak
langsung ditujukan untukku. Bagaimana ini? Aku, yang menurut aku selalu
berusaha untuk melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, kenapa dicap
seperti “penjahat kerja”? hehe..(ga tau diri aku ini).
Seperti itulah. Bulan
berganti, penghujung tahunpun datang. Akhir tahun, biasa dijadikan kebanyakan
orang untuk me-review perjalanan panjang di belakang. Tujuannya hanya
satu, sejauh mana sih pencapaian dalam hidup? Buruk, standar, datar, atau
mengalami kepesatan? Tak terkecuali aku. Berbagai pertanyaan personal
menghantuiku. Apa yang telah aku lakukan untuk hidupku hampir setahun ini?
Kenapa rasanya begitu-begitu saja? Jika tidak menginginkan semua ini, lantas
kenapa aku masih berpijak padanya? Kenapa belenggu kenyamanan itu juga begitu
mengikatku? Kenapa aku tidak mampu untuk melangkahkan kakiku ke tempat lain?
Seperti itulah.. Aku seperti orang gila di tengah kewarasan yang mendominasi.
Tik tik tik tik..
Detak jarum jam bergema di kamarku malam itu. Insomnia melanda. Di tengah kegalauan tak terperi, bukan soal
percintaan dengan partner, tapi aku dengan pekerjaanku. Aneh, kami tidak pernah
romantis dan tidak akur, padahal sudah hidup bersama hampir setahun lamanya,
hehee.. Aku harus memutuskanmu, pikirku kala itu. Tidak mungkin hidup
bersama jika aku tidak punya cinta di hati. Semua terasa berat untuk dijalani..
Kamu harus aku putusin!. Kamu selalu mengejekku. Kenapa sih? (Dialog
diri, menunjukkan tingkat kewarasan digaris bawah).
Akhirnya aku
mengerti kenapa kamu selalu mengejekku. Ternyata kamu lebih cerdas diluar
perkiraanku. Selama ini kamu berusaha menunjukkan padaku bahwa akulah yang
tidak cerdas, aku tidak punya apa-apa untuk bisa berbuat lebih, aku hanya
sumberdaya murahan, aku lebih suka mengkritik tapi tidak mau dikritik, aku
bermental kerupuk, aku bahkan lebih buruk dibanding teman-temanku yang setia
padamu, aku hanya pendongkol kelas teri, aku pemimpi tak tau diri, aku…STOP!!! (ga enak banget rasanya dihina seperti ini).
Sebenarnya proses pemahaman diri ini aku dapatkan saat bertemu dengan SepociKopi.
Saat menyingkap ada apa di balik kopi-nya, aku menemukan kebodohanku di sana.
Betapa kerdilnya aku. Baru aku menemukan orang-orang hebat di meja kopi itu.
Mereka para perempuan luar biasa. Tangguh, cerdas, baik, punya visi lengkap
dengan misinya, dan mereka semua berkarakter. Mereka berbanding 180° denganku. Ah, malunya aku terhadap diri ini. Aku
merasa got depan kosanku saat itu adalah tempat bersembunyi yang paling cocok.
Inilah asal mulanya
teman. Aku harus berubah!!. Kalimat itu berusaha aku teriakkan pada
diriku setiap saat. Hal pertama yang aku lakukan adalah bertanya kembali pada
diriku, apa yang kamu inginkan kawan? Hmm tidak mudah menemukan
jawabannya, teman. Semua terlalu ngambang dan tidak terarah. Pencarian itu
ternyata hal tersulit dalam hidupku. Lucunya, kenapa menjadi sulit sekali menjawab apa yang aku inginkan? Hah..
Satu per satu potongan
jawaban itu berhasil aku kumpulkan menjadi satu keinginan. Hei kamu yang
suka mengejekku, mau tau apa keinginanku itu? Dengarkan baik-baik ya.. Aku ingin
punya pekerjaan yang aku maknai bahwa dalam pekerjaan itu akan menggambarkan
aku yang seharusnya. Bukan hoby kawan, bukan. Loyal terhadap pekerjaan,
orientasi kinerja, mendebarkan, tidak menjemukan seperti kamu hehe.. Pekerjaan
itu adalah hidup kita. Hidup kita adalah pekerjaan itu sendiri. Bagaimana
pekerjaan itu mampu memberikan kita ruang untuk menjadi pribadi tangguh dan
berkarakter, itulah yang kita cari. Bagaimana kita mampu menjadikan pekerjaan
itu sebagai hidup kita, itulah yang kita pelajari. Memang benar, apapun
pekerjaan yang kita jalani yang terpenting itu adalah memberikan yang terbaik
yang kita punya. Namun, ada hal yang harus kita ingat, pekerjaan seperti apa
itu? Pekerjaan seperti apa yang pantas mendapatkan yang terbaik dari kita? Kenapa
kita membuang tenaga kita untuk sesuatu yang mempunyai nilai kecil? (Kita tidak
membicarakan materi teman) Nilai yang tidak mengizinkanmu bertumbuh.
Aku menginginkan
pekerjaan yang bisa membuatku bertumbuh menjadi “besar”, kawan. Aku harap kamu tidak cemburu. Tapi tidak
ada gunanya kamu cemburu, karena mulai saat ini KITA PUTUS!
______________
Itulah sedikit kisahku
mengenai titik balik itu, teman. Aku saat ini sedang belajar untuk menjalani
pekerjaan impian itu. Aku kembali belajar dan sepertinya akan terus belajar
untuk memahaminya. Karena pekerjaan itu adalah hidupku, hidupku adalah
pekerjaan itu.
0 Response to "Titik Balik = I Quit!!"
Posting Komentar
Be nice. No spam