Kegilaan Benar-Benar Gila

Pernah merasa jadi orang gila??
Tidak apa-apa, jujur saja mengakuinya. Bukan untuk ditertawakan. Karena sebenarnya aku sudah puas tertawa hari ini. Apa yang aku tertawakan? Banyak hal. Bermacam kejadian yang ga lucupun, terlihat lucu bagiku. Ini termasuk penyakit gila.

Nah, bagaimana jika kebalikan yang aku tulis di atas terjadi padamu? bukan tertawa, tapi nelangsa seharian atau beberapa hari. Kamu pernah mengalaminya juga? Ohh baguslah. Itu artinya warna hidupmu kian bertambah. Tak mengapa menjadi gila, haha justru di sana letak pesona hidup. Kamu mengalami kegilaan yang pada dasarnya kamu tidak mengakui terjangkit penyakit gila. Ini penyakit gila lainnya, hmm..

Apa sih yang membuatmu menjadi gila? Apa karena sang kekasih mencampakkanmu? atau karena rumahmu kerampokan, sehingga raib semua harta bendamu? atau sesuatu itu misteri yang menghantui tidurmu, semacam teror mimpi mungkin? atau anganmu terlalu melayang panjang hingga talimu tak menjangkau? Jawab sendiri ja deh..

Penyakit gila yang menderaku kali ini (terlalu sering gila) tidak jauh berbeda dengan penyebab gilaku sebelum-sebelumnya (kambuh). Terlalu sering kambuh! ya ampuun.. barangkali dokternya kurang pinter kali ya.. Sebenarnya aku berobat otodidak (kayak belajar ja, otodidak) hehee.. Makanya penyakitnya ga sembuh-sembuh, alias sering kambuh. Kasian deh aku.. Aku, sepertinya terlalu sensitif dengan pernyataan "maaf" atau "lupakan saja, toh aku bukan siapa-siapa" atau "aku hanya jadi pengganggu saja" dari seseorang yang sangat berarti buatku. Mendengar kata-kata itu aku merasa seperti telah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Merasa seperti orang bodoh. Bagaimana tidak, melukai perasaan orang yang kamu sayangi bukanlah hal yang bagus untuk jiwa. Kamu bahkan tidak lagi merasa jadi hero buat hatinya, tapi jadi monster!

Kala kita menjadi pendosa, dan menyadari dengan sadar kalau kamu pendosa, kejadian selanjutnya tidak heran lagi, kamu menjadi nelangsa. Minta pengampunan, tapi tak terucap. Hanya berkutat pada kutukan dan makian pada diri sendiri. Aku bertanya pada yang terkasih, yang hatinya telah aku lukai. "Sejak kapan perasaan seperti itu ada?" Aku sangat menginginkan jawabannya. Tapi hanya pengelakan yang aku dapat. Bertambahlah nelangsa itu menghantuiku. Bukan berarti aku tidak cukup peka. Aku menyadari ada satu poin yang terlanjur aku buat hingga perasaan "menjadi tak berarti" bersarang dalam hatinya. Ah, penyesalan memang selalu datang belakangan.

Bermaksud untuk menebus semua itu, aku malah terhanyut dengan kegilaan yang aku ciptakan. Semakin dalam aku hanyut, semakin kuat ruam negatif menyelimutiku. Semuanya kena imbas. Gurauan di rumah hiilang. Sosialisasi ditutup, tidak keluar rumah seharian. Twitter mati. Awahita mati. Semuanya terasa memuakkan. Yang paling bodohnya, timbul keinginan kabur saja ke luar kota, tanpa ada yang mengenal, tanpa ada yang dikenal, hanya ada aku dan kebodohanku. Kegilaan benar-benar gila.

Lantas, kapan semua itu menjadi normal? Saat aku tak sanggup lagi mengacuhkan sang pujaan hati. Saat aku terlalu rindu menjamah awahita.Saat aku kangen menggelitik si kecil. Saat aku menyadari tidak ingin lagi menambah luka di hatinya. Maafin aku :(

"Hanya masalah sepele seperti ini seorang Rin bisa jadi gila?" Kumohon, jika pertanyaan itu sempat terlintas di pikiranmu, aku harap simpan saja, jangan diucapkan..

0 Response to "Kegilaan Benar-Benar Gila"

Posting Komentar

Be nice. No spam