Dear Awahita,
Siksaan itu tak terbantahkan, kamu tau.
Aku merindukannya, teramat sangat merindu.
Tidak hanya pada sunyi malam kerinduan itu mengalir dalam darahku.
Ia tidak mengenal waktu. Saat mentari menari, saat keramaian tak lagi sunyi,
saat canda tawa berkelakar, setiap detik kerinduan itu menggelayutiku.
Kamu tau awahita, puncak kerinduan itu bagaimana?
Saat aku terlelap dalam malam,
mimpi buruk pun menghantuiku, merusak tidurku.
Debaran jantung mengalahkan otakku. Gelisah.
Air mataku tak terbendungkan lagi.
~Rin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Kamu Rinduku"
Posting Komentar
Be nice. No spam