Ketika "Orang Sakit" Menulis

Hari yang berat. Suasana "Broken Heart". Memangnya diputusin? Bukan. Hanya saja partner membuat otakku tidak selaras lagi dengan pikiranku. Entahlah, pertanyaan apapun sekarang rasanya sulit dicerna jawabannya. Semua akan disangkutkan dengan hati. Kemana lagi aku akan lari jika bukan ke pelukanmu, awahita.

Kenapa satu bagian sakit, bagian yang lain ikut sakit? Ada lubang di hati. Kenapa tidak hati itu saja yang kosong? kenapa otak juga ikutan kosong, ego tidak mau mengalah, emosi meninggi, sikap tidak terkontrol, sulit konsentrasi, seperti anak autis yang tidak mau diganggu, keramahan hilang, senyum terenggut, semangat memudar, nafsu makan lenyap, air mata terkuras, merasa sepi.

Bukan ketidakadilan yang perlu dirutuki. Akupun tidak tau seperti apa adil yang pantas aku terima? Dia terima? Katanya syukuri apa yang ada padamu, maka kau akan merasa bahagia dengan itu. Katanya, jangan melihat ke atas, karena di bawahmu masih mudah dijangkau mata. Katanya, bahagia itu tergantung pribadi menyikapinya, kesederhanaanpun bisa membuat orang bahagia. Katanya, cinta itu tidak harus memiliki, tapi bagaimana mungkin? Katanya, bersabar itu lebih baik untukmu. Katanya, kebaikan adalah nilai utama kehidupan, tentu saja aku setuju. Katanya, yang jahat itu pasti akan dibalas, begitu juga yang baik, tapi jahat untuk siapa? baik untuk siapa? Katanya, sakitlah dulu biar tau bagaimana rasa sehat. Katanya, kebahagiaan itu adalah pilihanmu, bagaimana mungkin? kamipun tidak diizinkan untuk memilih. Ahh, bukan ratapan..

0 Response to "Ketika "Orang Sakit" Menulis"

Posting Komentar

Be nice. No spam