Wajah Baru

Terimakasih, kamu sudah hadir dalam kehidupanku.

Adalah kenangan indah bisa mengenal, mencintai dan menyayangimu. Mencintaimu tanpa alasan. Bukan hanya sekedar bualan. Mempertahankanmu untuk selalu di hatiku sudah kulakukan. Dan itu memberi warna dalam hidupku yang mungkin biasa-biasa saja. Kamulah pelangi. Kamulah mentari.  Kamulah sang bulan. Kamulah hujan yang menggetarkan hatiku. Kamulah senja yang selalu kurindu.  Kamulah langit yang selalu kupandang. Kamulah embun di pagi hari. Kamulah laut dan ombakku. Kamulah “rumput hijau” bukan semak belukar di tepi jalan. Kamulah hutan yang rindang dan mempunyai tarikan magnet yang kuat. Kamulah malam yang menjadi saksi kegelisahanku. Aku mencintai dan menyayangimu dengan rasa bangga.

Terimakasih, kamu sudah mengerti.

Banyak hal yang sudah aku lalui hingga keputusan itu kuambil. Banyak pertimbangan dan pemikiran yang mengiringinya. Kekalutan menggelayutiku memikirkan aku akan kehilanganmu. Ketakutanku begitu besar memikirkan kamu akan terluka dan tidak siap. Rasa bersalah dan tidak berdaya. Semua itu begitu menghimpitku sehingga aku sulit untuk bernafas. Tidak berani kusampaikan rasa seperti itu. Mungkin coretan-coretan aksara di awahita ini mampu mewakilinya. Terimakasih, kamu sudah membacanya.

Terimakasih, untuk tidak mementingkanku diatasNya.

Keikhlasan memperkecil rasa sesak itu. Keyakinanku bahwa ini adalah jalan terbaik. Untukmu, untukku dan untuk kita. Katamu “perjuangan itu sangat pahit, karena balasannya akan sangat manis”. Aku setuju. Balasan yang paling indah adalah kebahagiaanmu dan kita. Tidak ada yang sia-sia di dunia ini, jika ridhaNya yang kita harapkan.  Terimakasih, kamu telah mengikhlaskanku karena cintamu padaNya.

Terimakasih, untuk tetap menerimaku

Inilah wujud baru kita. Ruang tanpa sekat dan wajah tanpa cadar. Senang bisa merangkulmu dalam kehangatan sebagai saudara dan sahabat. Sebenarnya status seperti ini sudah pernah kita lalui, dahulu sebelum benih-benih cinta tumbuh. Kita hanya kembali seperti semula. Bukan merubah  haluan karena masih berkeinginan untuk tetap bersama. Bukan. Kondisi yang berbeda, tentu kita juga harus menyikapinya dengan cara yang berbeda. Jika tidak ingin tersakiti dan merasa tercurangi oleh keadaan. Kita tidak ingin merasa  semua ini adalah suatu ke-tidak-adil-an. Semua sudah ada garis dan ketetapanNya.

Aku sudah memilih. Kamu juga sudah memilih. Inilah pilihan kita.   




0 Response to "Wajah Baru"

Posting Komentar

Be nice. No spam