Kapan akan dewasa? Sering kali pertanyaan ini singgah dibenakku.
Bersikap kekanakan meski itu melegakan untuk waktu tertentu, tapi jadi memuakkan untuk beberapa waktu kemudian. Mengambil kesimpulan tidak ada yang mengerti kita, ini sungguh memalukan menurutku, dan kadang aku muak jika perasaan seperti ini menghampiriku. Kadang memaki diri sendiri adalah jalan terakhir yang aku lakukan untuk menetralkan kembali perasaan aneh tersebut. Apa sebenarnya yang aku mau??!
Sebenarnya memang tidak ada yang mengerti diri kita, tak terkecuali diri sendiri. Ada masanya pada waktu tertentu kita mampu berdamai dengan diri, dan pada waktu itu juga kita merasa kita memahami diri kita seperti apa dan maunya apa. Jika seperti ini kita merasa mampu dan siap memberi pengaruh paling tidak memberi wejangan kepada teman atau kerabat. Mungkin ini adalah saat-saat jiwa stabil.
Lain halnya jika jiwa itu tidak stabil. Jangankan untuk memahami diri sendiri, untuk berfikir positif saja terasa sulit untuk dilakukan. Percayalah, terasa sangat menjengkelkan dan sesak. Mungkin dipengaruhi oleh berbagai hal yang tanpa kita sadari, semua itu menumpuk dan dengan sedikit sentilan maka akan meledak. Sesekali oke lah, tapi akan menjadi masalah jika perasaan seperti itu dibawa berlarut-larut. Tidak ada usaha untuk mengendalikannya, malah dengan enggan membiarkan lepas tanpa kendali. Tidak aku mengerti apa pemicu perasaan yang meledak-ledak seperti itu.
Mengharapkan orang lain untuk mengerti kita padahal diri sendiri tidak mengerti apa maunya. Hal yang mustahil menurutku. Aku merasakan kalau memahami orang lain itu lebih mudah, menyenangkan dan membahagiakan daripada memahami diri sendiri. Tapi di lain waktu pertanyaan baru pun muncul, bagaimana mungkin bisa memahami orang lain dengan diri sendiri saja tidak mengerti? Sungguh aneh.
Bergulat dengan hal seperti ini bisa membuat gila. Aku kembali tersadar dengan penyesalan biasanya. Sadar jika sikapku yang kekanakan lagi-lagi melukai orang sekitarku, tak terkecuali partner. Untungnya mereka selalu berlapang hati memberi maaf dan memaklumi setiap tingkah konyolku.
Hah, kalau diingat kembali membuatku geli kadang. Aku tau apa sumber pokok masalahnya yaitu, kurangnya pengendalian diri. Tapi tetap saja sering kecolongan. Memang, hal yang paling sulit dilakukan itu adalah melawan diri sendiri. Dan tentu saja bukan hal yang mustahil untuk dicapai.
Recent Comments